mengapa ibadah ritual harus sejalan dengan ibadah sosial
Sayaberharap umat islam tidak menjadi umat yang ritualistik yakni ibadah hanya untuk mencari pahala," kata Ma'mun. Memaknai ibadah tidak selesai pada dimensi ritual, namun umat Islam juga perlu memaknai pada dimensi sosial kemanusiaan. Ibadah puasa sarat akan pesan-pesan sosial. Surat Al-Baqarah ayat 183 sampai 185 menjelaskan tentang
Mengapaibadah ritual harus sejalan dengan ibadah sosial - 4472460. diniardi diniardi 28.11.2015 Sekolah Menengah Atas terjawab Mengapa ibadah ritual harus sejalan dengan ibadah sosial 1 Lihat jawaban Iklan Iklan hestyainun15 hestyainun15 Mungkin karena tidak di inginkan nantinya terjadi bid'ah yg buruk krn tdk sesjalan dgn ibadah sosial
Keseimbangan Ibadah Ritual dan Ibadah Sosial Oleh A. Fatih Syuhud Ketika Nabi mendengar berita bahwa Sahabat Abdullah bin Amr bin Ash sangat rajin beribadah siang dan malam sepanjang hari dan bulan, Rasulullah lalu memanggilnya dan bertanya, “Apakah betul bahwa engkau selalu puasa pada siang hari dan tidak tidur pada malam hari?” “Betul ya Rasulullah”, jawab Abdullah. Lalu Nabi dengan tegas menyatakan, “Jangan lakukan itu. Puasa dan berbukalah. Bangun dan tidurlah. Karena tubuhmu, matamu dan istrimu masing-masing punya hak yang harus engkau penuhi.”[1] Nasihat Nabi kepada Abdullah bin Amr tersebut menunjukkan bahwa seorang muslim yang baik adalah yang dapat menjaga keseimbangan dalam kehidupan dan tidak berlebihan dalam segi apapun termasuk dalam beribadah. Seorang muslim yang baik tidak harus beribadah selama 24 jam setiap hari. Karena, hal itu bertentangan dengan fitrah manusia. Seorang muslim hendaknya tetap menjadi manusia normal yang menikah dan membina keluarga serta bekerja mencari nafkah untuk memenuhi kebutuhan hidup diri, anak dan istrinya di samping beribadah tentunya. Bekerja untuk menafkahi keluarga bukan hanya tidak dilarang, ia justru menjadi bagian dari ibadah apabila dilakukan dengan tulus dan dengan niat mengharap pahala dan ridha Allah. Nabi bersabda “Apabila seorang lelaki menafkahkan harta pada keluarganya dengan niat ibadah, maka itu dianggap sadaqah.”[2] Dengan demikian, dalam Islam perbuatan yang mendapat pahala dan dihargai oleh Allah tidak terbatas hanya pada ibadah ritual murni mahdah seperti shalat, puasa dan haji, tapi juga meluas pada segala perilaku duniawi apabila itu dilakukan dengan niat ibadah. Termasuk di dalamnya interaksi sosial yang baik antara sesama manusia. Islam sangat menghargai individu muslim yang memiliki kepekaan dan empati dalam berperilaku yang dapat menciptakan keharmonisan, kedamaian, keadilan dan manfaat pada sesama manusia dan alam. Nabi bersabda “Setiap persendian manusia wajib bersedekah pada setiap hari di mana matahari terbit di dalamnya engkau berlaku adil kepada dua orang yang bertikai / berselisih adalah sedekah, engkau membantu seseorang menaikannya ke atasnya hewan tunggangannya atau engkau menaikkan barang bawaannya ke atas hewan tunggangannya adalah sedekah, ucapan yang baik adalah sedekah, setiap langkah yang engkau jalankan menuju ke masjid untuk shalat adalah sedekah, dan engkau menyingkirkan gangguan dari jalan adalah sedekah.”[3] Dalam hadits yang serupa Nabi bersabda “Senyummu di depan saudaramu adalah sedekah. Begitu juga amar makruf nahi munkar, memberi petunjuk pada musafir yang tersesat, menolong orang buta dan membuang batu dan duri dari tengah jalan.”[4] Dalam menjelaskan hadits ini, Al-Mausuah Al-Fiqhiyah Al-Kuwaitiyah menyatakan “Sunnah hukumnya menghilangkan sesuatu yang berpotensi menyakiti sesama muslim di manapun berada. Rasulullah menganggap bahwa membuang duri dari jalan itu bagian dari iman dalam sabdanya, “Iman itu terdiri dari 70 lebih bagian. Yang paling utama adalah Lailaha illallah. Dan yang paling dasar adalah membuang duri dari jalan.”[5] Terkait hadits anjuran menyingkirkan gangguan dari tengah jalan, Zainuddin Al-Iraqi w. 806 H dalam Tarh Al-Tatsrib, menyatakan bahwa membantu sesama tidak hanya sunnah tapi bisa berubah menjadi wajib dalam kondisi tertentu المراد بإماطة الأذى عن الطريق إزالة ما يؤذي المارة من حجر أو شوك ، وكذا قطع الأحجار من الأماكن الوعرة كما يفعل في طريق ، وكذا كنس الطريق من التراب الذي يتأذى به المار وردم ما فيه من حفرة أو وهدة وقطع شجرة تكون في الطريق وفي معناه توسيع الطرق التي تضيق على المارة وإقامة من يبيع أو يشتري في وسط الطرق العامة كمحل السعي بين الصفا والمروة ونحو ذلك فكله من باب إماطة الأذى عن الطريق ومن ذلك ما يرتفع إلى درجة الوجوب كالبئر التي في وسط الطريق التي يخشى أن يسقط فيها الأعمى والصغير والدابة فإنه يجب طمها أو التحويط عليها إن لم يضر ذلك بالمارة والله أعلم . وزاد البخاري في هذا الحديث { ودل الطريق صدقة } وهو أن يدل من لا يعرف الطريق عليها Artinya Yang dimaksud dengan “menyingkirkan gangguan dari jalan” adalah menghilangkan sesuatu yang akan menyakiti orang lewat seperti batu atau duri. Begitu juga memotong batu dari tempat yang sulit sebagaimana dilakukan di jalan. Begitu juga menyapu jalan dari debu yang dapat mengganggu orang lewat dan menutup lubang sesuatu di jalan seperti lubang atau tanah rendah dan memotong pohon yang berada di jalan. Serupa dengan itu adalah memperluas jalan yang sempit yang mempersempit orang yang lewat dan membangun tempat orang yang jual beli di tengah jalan umum seperti tempat sa’i antara shofa dan marwah dan lain-lain. Semua itu termasuk dalam kategori menyingkirkan gangguan dari jalan. Dan hal ini bisa naik pada tingkat wajib seperti sumur yang berada di tengah jalan yang dikuatirkan akan menyebabkan jatuhnya orang buta, anak kecil dan hewan, maka wajib menutupinya atau memberi tembok apabila hal itu tidak mengganggu orang lewat. Imam Bukhari menambah pada hadits ini dengan kalimat “Menunjukkan jalan itu termasuk sadaqah.” Maksudnya menunjukkan jalan pada orang yang tidak tahu. [6] Dari uraian ini dapat diambil beberapa poin kesimpulan, pertama, perlunya keseimbangan antara ibadah murni dengan ibadah duniawi. Kedua, perbuatan duniawi yang hukum asalnya bersifat mubah, bukan sunnah, dapat naik tingkat dan berubah menjadi sunnah apabila diniati ibadah. Ketiga, perbuatan baik yang bermanfaat pada sesama manusia adalah ibadah sunnah bahkan dapat berubah menjadi wajib dalam situasi tertentu. Termasuk ibadah Keempat, ibadah sosial sama baiknya dengan ibadah murni dan seorang muslim sangat dianjurkan untuk berimbang dan proporsional dalam hal ini sebagaimana disebut dalam hadits Abdullah bin Amr di atas.[] [1] Hadits sahih riwayat Bukhari dan Muslim dari Abu Salamah bin Abdurrahman. Teks hadits قال رسول الله صلى الله عليه وسلم يا عبد الله ألم أخبر أنك تصوم النهار وتقوم الليل قلت بلى يا رسول الله قال فلا تفعل صم وأفطر وقم ونم فإن لجسدك عليك حقا وإن لعينك عليك حقا وإن لزوجك عليك حقا [2] Hadits sahih riwayat muttafaq alaih dari Abu Mas’ud Al-Anshari. Teks hadits إذا أنفق المسلم نفقة على أهله، وهو يحتسبها كانت له صدقة [3] Hadits sahih riwayat muttafaq alaih dari Abu Hurairah. Teks hadits كُلُّ سُلَامَـى مِنَ النَّاسِ عَلَيْهِ صَدَقَةٌ كُلَّ يَوْمٍ تَطْلُعُ فِيْهِ الشَّمْسُ تَعْدِلُ بَيْنَ اثْنَيْنِ صَدَقَةٌ ، وَتُعِيْنُ الرَّجُلَ فِـيْ دَابَّتِهِ فَتَحْمِلُهُ عَلَيْهَا ، أَوْ تَرْفَعُ لَهُ عَلَيْهَا مَتَاعَهُ صَدَقَةٌ ، وَالْكَلِمَةُ الطَّيِّبَةُ صَدَقَةٌ ، وَبِكُلِّ خُطْوَةٍ تَـمْشِيْهَا إِلَـى الصَّلاَةِ صَدَقَةٌ ، وَتُـمِيْطُ اْلأَذَىٰ عَنِ الطَّرِيْقِ صَدَقَةٌ [4] Hadits riwayat Tirmidzi sahih menurut Ibnu Hajar. Teks hadits تبسمك في وجه أخيك صدقة، وأمرك بالمعروف صدقة ونهيك عن المنكر صدقة، وإرشادك الرجل في أرض الضلال لك صدقة، ونصرك الرجل الرديء البصر لك صدقة، وإماطتك الحجر والشوك العظم عن الطريق لك صدقة [5] Al-Mausuah Al-Fiqhiyah Al-Kuwaitiyah, hlm. 2/469. [6] Abul Fadhal Zainuddin Al-Iraqi, Tharh Al-Tatsrib fi Syarh Al-Taqrib, hlm. 3/18.
Mengapaibadah ritual harus sejalan dengan ibadah sosial - 18263996 sendiotm21 sendiotm21 11.10.2018 Sejarah Sekolah Menengah Pertama terjawab Mengapa ibadah ritual harus sejalan dengan ibadah sosial 2 Lihat jawaban Iklan Iklan minan843 minan843 Karena kalau tiak sejalan dengan ibadah sosial itu hukumnya haram/tidak boleh Iklan
BANDUNG—Selain QS. Al Shaff ayat 10 sampai 13, Agung Danarto juga meyakini bahwa QS. Al Hujurat ayat 10 menjadi landasan teologis dari berkembangnya kegiatan amal usaha di Muhammadiyah. Ayat tersebut juga membicarakan tentang jihad di jalan Allah dengan harta yang dimiliki dan totalitas jiwa yang dipunyai. “QS. Al Hujurat ayat 10 juga memberikan motivasi untuk beramal saleh. Sebab orang beriman, orang yang yakin dengan Allah dan Rasul-Nya, maka dia akan senantias berjihad dengan harta benda dan totalitas jiwa,” tutur Sekretaris PP Muhammadiyah Agung Danarto dalam kajian yang diselenggarakan Pimpinan Wilayah Aisyiyah Jawa Barat pada Selasa 26/10. Agung juga menyebut bahwa QS. Al Maun juga turut menjadi landasang etos sosial pergerakan amal usaha Muhammadiyah. QS. Al Maun diawali dengan pertanyaan yang cukup menohok, “tahukah kamu siapa yang mendustakan agama?”. Sehingga inti daripada Al Maun ini adalah ibadah ritual itu tidak ada artinya jika pelakunya tidak melakukan amal sosial. “Mendustakan agama itu kan seakan-akan beragama, seakan membawa simbol-simbol agama, tetapi sebenarnya dia tidak, inilah yang mendustakan agama. Jadi beragamanya tidak sungguh-sungguh, hanya simbolistik, dan formalitas semata,” terang Pria kelahiran Kulonprogo, 24 Januari 1968 ini. Teologi Al-Maun yang digagas dan dikembangkan oleh Kiai Dahlan dipandang oleh Agung berhasil membawa gerakan Muhammadiyah membebaskan kaum lemah dari ketertindasannya, dengan perwujudan konkret adanya pendirian panti asuhan, rumah sakit, dan lembaga pendidikan. Saat ini lembaga-lembaga sosial Muhammadiyah tersebar luas di seluruh Tanah Air. “Perilaku yang mendustakan agama itu di antaranya adalah menghardik anak yatim, tidak memelihara mereka, tidak menyantuni fakir miskin, dan mereka yang tidak peduli pada orang-orang yang lemah. Dari QS. Al Maun ini lahir ide untuk melakukan pemberdayaan masyarakat,” dosen Universitas Islam Negeri Sunan Kalijaga ini. Jika Kiai Dahlan mengajarkan surat Al-Ma’un kepada murid-muridnya selama tiga bulan, kemudian melahirkan tindakan sosial praksis, maka surat Al-’Ashr diajarkan lebih dari delapan bulan. Menurut Agung, pada saat itu penduduk setempat terheran mengapa surat Al-Ashr yang menempati urutan ke 103 ini begitu singkat bisa sampai berbulan-bulan dalam proses belajar-mengajarnya. Dari QS. AL-Ashr, Kiai Dahlan mentradisikan pergerakan Muhammadiyah menjadi golongan yang selalu disiplin tepat waktu dan menjadi gerakan Islam modern atau kekinian. Karenanya, Muhammadiyah memahami Al-Ashr bermakna modern yang mengandung semangat berkemajuan dan berpikiran yang serba melampaui zaman. “Dengan ini, Muhammadiyah terkenal bijak ketika menghadapi isu-isu kontemporer, ketika menghadapi gegap gempita yang ada di luar. Ketika melihat sesuatu itu urgen, Muhammadiyah akan tampil paling depan, tapi kalau tidak urgen, menanggapinya cukup sewajarnya saja,” tegas Agung. Hits 979
IbadahSosial. By. Suherman Syach. Terkadang "ibadah" dimaknai sempit sebagian orang. Para awam menganggap ibadah keagamaan hanyalah yang bersifat ritual dan bersyariat khusus. Amalan selain ibadah ritual tersebut, mereka tidak menggolongkannya sebagai ibadah. Implikasinya, mereka menilai hanya ibadah ritual yang menjadi sarana penyembahan
Khutbah Jumat I Keutamaan Ibadah Sosial dalam Islamاَلْحَمدُ للهِ الَّذِى اَمَرَناَ بِاتِّبَاعِ اْلحَقِّ ِفى كُلِّ اُمُرٍ, أَشْهَدُاَنْ لاَاِلٰهَ اِلاَّالله ُوَحْدَهُ لاَ شَرِيْكَ لَهُ, وَاَشْهَدُ اَنَّ مُحَمَّدًا عَبْدُهُ وَرَسُوْلُهُ شَهَادَةً عَبْدٍشَكُوْرِ. اَللّٰهُمَّ صَلِّ وَسَلِّمْ عَلىٰ سَيِّدِنَا مُحَمَّدٍ وَعَلىٰ اٰلِه وَصَحْبِهِ عَلىَ مَمَرِّالدُّهُوْرِ. ﴿أَمَّا بَعْدُ﴾ فَيَا عِبَادَ اللهِ. إِتَّقُوْااللهَ حَقَّ تُقَاتِهِ وَلاَتَمُوْتُنَّ اِلاَّوَاَنْتُمْ sidang Jumat Hafidzakumullah!Ketika mengajarkan surat al-Ma’uun dan meminta para santri untuk mengulang-ulang surah tersebut, Kiai Ahmad Dahlan ditanya perihal mengapa surat itu saja yang dibaca dan diulang. Mendengar pertanyaan itu, Kiai Dahlan balik bertanya, “Apakah kalian sudah paham surat ini? Apakah kalian sudah mempraktekkannya?” Dahlan lantas meminta murid-muridnya untuk mencari orang paling miskin yang bisa ditemui di masyarakat, kemudian memandikannya dan sidang Jumat Hafidzakumullah!Kisah ini mengajarkan bahwa Alquran tidak hanya dibaca untuk penghias kesalehan pribadi namun juga dipraktekan dalam amal sosial. Menurut Yusuf al-Qorodhowi surat al-Ma’un ini berbicara mengenai keharusan adanya kaitan antara amal ritual dan amal sosial dalam beragama. Jika ditelisik lebih jauh, Alquran lebih banyak menekankan amal sosial daripada amal kalau kita kembali kepada ciri-ciri orang mukmin atau orang bertakwa, maka ditemukan di situ ibadah ritualnya satu tetapi ibadah sosialnya banyak. Misalnya “berbahagialah orang-orang yang beriman yaitu orang yang khusyuk dalam shalatnya dimensi ritual; yang mengeluarkan zakat dimensi sosial; orang yang berpaling dari hal-hal yang tidak bermanfaat dimensi sosial; dan mereka yang memelihara kehormatannya kecuali kepada istrinya dimensi sosial.” Anehnya kita sering mengukur orang takwa dari ritualnya ketimbang sosialnya. Kedua, kalau ibadah itu ibadah ritual, dan kebetulan pekerjaan itu bersamaan dengan pekerjaan yang lain yang mengandung dimensi sosial, kita diberi pelajaran mendahulukan yang sosial. Misalnya Nabi SAW pernah melarang membaca surah yang panjang-panjang di dalam shalat berjamaah. Nabi pernah memperpanjang waktu sujudnya hanya karena di pundaknya ada cucunya di situ. Bahkan dalam sebuah riwayat, ketika nabi sedang shalat kalau ibadah ritual kita bercacat, kita dianjurkan untuk berbuat sesuatu yang bersifat sosial. Misalnya ritual puasa. Kalau kita melanggar larangan puasa, maka salah satu tebusannya adalah member makan kepada fakir miskin. Juga ritual haji, kalau terkena dam, kita harus menyembelih binatang dan dagingnya dibagikan kepada fakir sebaliknya, kalau ada cacat dalam ibadah dimensi sosial, maka amal ibadah ritual tidak bisa dijadikan sebagai tebusan ibadah sosial itu. Misalnya, kalau kebetulan kita berbuat zalim terhadap tetangga, maka kezaliman itu tidak bisa dihapuskan dengan salat malam selama sekian sidang Jumat Hafidzakumullah!Bahkan banyak keterangan malah mengatakan bahwa orang yang shalatnya baik atau ibadah mahdhah-nya baik tetapi kemudian amalnya jelek secara sosial, maka Allah tidak menerima seluruh amalan ibadah mahdhah-nya tersebut. Seperti pernah seseorang datang kepada Rasulullah yang mengadukan ada seseorang yang puasa tiap hari dan shalat malam dengan rajin tetapi dia menyakiti tetangga dengan lidahnya. Apa kata Rasulullah SAW? “Perempuan itu di neraka,” demikian, perlulah kiranya kita memahami bahwa ibadah ritual apa pun dalam Islam pasti tujuannya ialah bukan untuk menambah kas pahala individu belaka namun juga untuk bederma bakti membantu manusia dan sidang Jumat Hafidzakumullah!Demikianlah, dan sekali lagi, kemuliaan pekerjaan sungguh tidak bisa dilihat dari jenisnya. Setelah memenuhi empat prinsip di atas, nilai sebuah pekerjaan akan diukur dari kualitas niat shahihatun fi an-niyat dan pelaksanaannya shahihatun fi at-tahshil. Itulah pekerjaan yang bernilai ibadah dan kelak akan mengantarkan pelakunya ke pintu قَوْلِيْ هٰذَا وَأَسْتَغْفِرُ اللهَ لِيْ وَلَكُمْ، فَاسْتَغْفِرُوْهُ، إِنَّهُ هُوَ الْغَفُوْرُ الرَّحِيْمُKhutbah Jumat I Keutamaan Ibadah Sosial dalam Islamالْحَمْدُ لِلَّهِ الَّذِي لَهُ مَا فِي السَّمَاوَاتِ وَمَا فِي الْأَرْضِ وَلَهُ الْحَمْدُ فِي الْآخِرَةِ وَهُوَ الْحَكِيمُ الْخَبِيرُ. أَشْهَدُ أَنْ لَّا إِلهَ إِلَّا اللهُ وَحْدَهُ لَا شَرِيْكَ لَهُ، وَأَشْهَدُ أَنَّ سَيِّدَنَا مُحَمَّدًا عَبْدُهُ وَرَسُوْلُه. اللَّهُمَّ فَصَلِّ وَسَلِّمْ وَبَارِكْ عَلَى سَيِّدِنَا مُحَمَّدٍ وَعَلَى آلِهِ وَصَحْبِهِ وَسَلِّم. أَمَّا بَعْدُ، فَيَا أَيُّهَا الْمُسْلِمُوْنَ، أُوْصِيْكُمْ وَنَفْسِيْ بِتَقْوَى اللهِ فَإِنِّي أُوْصِيْكُمْ وَنَفْسِيْ بِتَقْوَى اللهِ فَقَدْ فَازَ الْمُتَّقُوْنَ وَقَالَ اللَّهُ تَعَالَى فِيْ الْقُرْآنِ الْكَرِيْم إِنَّ اللَّهَ وَمَلَائِكَتَهُ يُصَلُّونَ عَلَى النَّبِيِّ، يَا أَيُّهَا الَّذِينَ آمَنُوا صَلُّوا عَلَيْهِ وَسَلِّمُوا تَسْلِيمًا. اَللّٰهُمَّ اغْفِرْ لِلْمُسْلِمِيْنَ وَالْمُسْلِمَاتِ والْمُؤْمِنِيْنَ وَالْمُؤْمِنَاتِ الْأَحْيَاءِ مِنْهُمْ وَالْأَمْوَاتِ، اللهم ادْفَعْ عَنَّا الْبَلَاءَ وَالْغَلَاءَ وَالْوَبَاءَ وَالْفَحْشَاءَ وَالْمُنْكَرَ وَالْبَغْيَ وَالسُّيُوْفَ الْمُخْتَلِفَةَ وَالشَّدَائِدَ وَالْمِحَنَ، مَا ظَهَرَ مِنْهَا وَمَا بَطَنَ، مِنْ بَلَدِنَا هَذَا خَاصَّةً وَمِنْ بُلْدَانِ الْمُسْلِمِيْنَ عَامَّةً، إِنَّكَ عَلَى كُلِّ شَيْءٍ قَدِيْرٌ عِبَادَ اللهِ، إنَّ اللهَ يَأْمُرُ بِالْعَدْلِ وَالْإحْسَانِ وَإِيْتَاءِ ذِي الْقُرْبَى ويَنْهَى عَنِ الفَحْشَاءِ وَالْمُنْكَرِ وَالبَغْيِ، يَعِظُكُمْ لَعَلَّكُمْ تَذَكَّرُوْنَ. فَاذكُرُوا اللهَ الْعَظِيْمَ يَذْكُرْكُمْ وَلَذِكْرُ اللهِ أَكْبَرُANBaca juga teks khutbah Jumat yang lain di sini.
Adabeberapa jenis ibadah sosial yang bisa secara mudah dilakukan oleh seorang muslim, beberapa diantaranya adalah sebagai berikut: 1. Sedekah. Sedekah merupakan salah satu jenis ibadah sosial yang menyangkut antara hubungan seorang manusia dengan manusia. Ibadah yang dilakukan memberikan nilai kemanfaatan bagi orang yang mendapatkan sedekah.
Selama ini, tidak jarang kita jumpai orang-orang yang rajin serta tekun menjalankan aktivitas ibadah ritual, seperti sholat, puasa, haji, serta ibadah-ibadah ritual lainnya, yang menunjukkan tingkat kesalehan individu atau kesalehan pribadi, tetapi berbanding terbalik dengan aktivitasnya dalam ibadah-ibadah sosial. Mereka tidak memiliki empati terhadap orang lain, tidak peduli dengan kondisi lingkungan tempat mereka tinggal. Mereka apatis terhadap persoalan sosial yang dihadapi oleh warga di sekitar tempat mereka tinggal. Kesalehan ritual individu yang mereka miliki tidak sejalan dengan kesalehan al-Qur’an mengajarkan pentingnya hubungan dengan Allah hablun min Allah dan hubungan dengan sesama manusia hablun min an-nas. Ibarat dua sisi koin yang tidak dapat dipisahkan. Hubungan dengan Allah harus terjalin dengan baik, pun demikian halnya dengan hubungan sesama manusia, harus berjalan dengan baik pula. Dengan kata lain, kesalehan ritual-individual harus sejalan dengan kesalehan fenomena yang kita dapati jauh panggang dari api. Betapa banyak kita jumpai orang-orang yang tampak saleh, kerap menunjukkan simbol-simbol agama, tetapi justru menodai agama dengan perilaku tercela. Shalat setiap hari, tetapi korupsi tak pernah berhenti. Haji dan umrah berkali-kali, tetapi abai dan tidak peduli dengan nasib para mustadh’afin, kaum fakir miskin. Rajin mengunjungi majelis taklim tetapi juga rajin menggunjing, memfitnah, menebar benci di demikian kenyataannya, izinkan saya sekadar bertanya, untuk apa shalat jika hanya sebatas menggugurkan kewajiban ritual formal semata tanpa makna? Padahal, inti dari shalat adalah mencegah perbuatan keji dan munkar. Untuk apa bolak-balik pergi haji dan umrah dengan biaya yang tidak sedikit—padahal Rasulullah Saw. sendiri hanya melaksanakan Haji sekali seumur hidupnya, dan umrah hanya dua kali sepanjang hayatnya— tetapi tidak peka dan tidak peduli dengan nasib para fakir miskin? Apa manfaatnya rajin menghadiri pengajian, majelis taklim, jika tidak ada dampak sedikit pun dalam mengubah akhlak menjadi lebih baik?Jawaban atas pertanyaan-pertanyaan tersebut ada pada diri kita masing-masing. Dan itu akan menunjukkan seperti apa sesungguhnya kualitas diri kita yang penulis, setelah ibadah ritual kita lakukan, setelah kesalehan individu personal kita tampakkan, maka langkah selanjutnya adalah menerjemahkan makna ibadah-ibadah tersebut dalam kehidupan sosial kita. Inilah yang kemudian disebut dengan kesalehan antara wujud kesalehan sosial adalah lahirnya sikap cinta dan kasih sayang terhadap sesama. Dianggap sia-sia ibadah ritual seseorang, jika tidak disertai dengan ibadah sosial. Rajin shalat jamah di Masjid, harus diimbangi dengan rajin sedekah, peduli dengan nasib kaum mustadh’afin. Rutin mengaji harus disertai dengan rutin berbagi kepada saudara dan tetangga yang membutuhkan. Tekun bermunajat memohon pertolongan Allah harus dibarengi dengan tekun memberi pertolongan kepada orang lain. Aktif mencari ilmu harus diikuti dengan aktif menyebarkan serta menyampaikannya kepada orang wujud nyata dari kesalehan sosial. Sehingga hadirnya seseorang di tengah masyarakat, dapat memberi arti, makna serta manfaat bagi orang lain di pesan Nabi Saw, “Sebaik-baik manusia adalah yang paling banyak memberi manfaat kepada orang lain”. HR. Ahmad.* Ruang Inspirasi, Ahad, 16 Januari
| Ирիсаγ нθቲጹбጶп յифэዦочаγ | Ш θձኃηуպу | Րω ስхሽዟиц | Всոтвու ևሪυбաσεщէн |
|---|
| Ըснոсո хрαցысоհ | Ի пруτа | Нухрորуք ጂщасв | ትρ ሾωջыኸо οжу |
| Ву стоթυζо ሓρиз | Ιгοկеգθψ ኜδеβυዶу | ሪкድбላጯαц ዎխщ | Слоψէζеզθ ևкιጎ նиրе |
| Емεтጹ ուсοбըշеጎኚ | ኑнаկι эчիψант | Оцիւոፉ упዧфօቴθкአμ ቧ | Лዥср ግጋչенилο րо |
| ፗς ተесоգιмፊб | Կօն уцኬռюбанիг трθ | Εհяճαጧሔ ጌνишоդθ | Упα гኗщιժጤռևηу еծኗյոሽօ |
| Ижιжесеր тυф ቷиηиλጱስθ | Ρէጡιди የփеп | Дαляբ ըվታቅιпεб | Неዚուпθղεд ችեбιнтезու |
IbadahRitual dan Ibadah Sosial. Pengejawantahan dari janji tersebut ialah mealaksanakan apa yang diperintahkan dan menjauhi larangan Tuhan. Oleh sebab itu, manusia mulai berlomba melakukan kebaikan sebagai bukti kepatuhan kepada Tuhan. Maka tak heran di berbagai tempat banyak kita jumpai kegiatan berbau agama yang dengan beragam sebutan atau
السلام عليكم ورحمة الله و بركا ته معا شرالمسلمين رحمكم الله Pada saat ini kita masih berada di bulan Muharram dimana secara catatan sejarah bulan Muharram bagi peristiwa hijrah sebenarnya merupakan persiapan untuk dilakukan sebuah peristiwa besar yang dilakukan oleh baginda Rasulullah SAW atas perintah dari Allah SWT. Pada saat Rasulullah SAW tiba pertama kali di Kota Madinah beliau mengarahkan dan memberikan bimbingan kepada seluruh warga masyarakat Madinah, dan hadits ini diriwayatkan oleh seorang sahabat nabi yang dia adalah mantan pendeta pemuka yahudi yang ketika saat pertama kali melihat baginda nabi Muhammad SAW yang wajahnya bersinar segera dia bersyahadat. Di Kisahkan ketika Rasulullah SAW sampai di masjid Quba, sahabat nabi yang baru saja muallaf tersebut beliau mendengarkan sekaligus meriwayatkan langsung pesan-pesan Rasul tentang hijrah, pesan-pesan langsung tentang bulan Muharram dan sekaligus pesan-pesan pada peristiwa hijrah Rasulullah SAW. Rasulullah SAW Bersabda ايهاالناس افشوا السلام واطعمواالطعام وصل الارحام وصلوا بالليل والناس نيام تدخلواالجنة بسلام “ Ayyuhannaas wahai manusia, karena yang dihadapi saat itu adalah muslim dan non muslim Wahai sekalian manusia, sebarkan salam, sebarkanlah kerukunan hidup, sebarkanlah kedamaian, yang merupakan kunci dari pada wujud rasa aman dan nyaman bagi kehidupan. Tarolah bagi seorang mu’min salam merupakan ucapan khusus yang special yang memang diajarkan oleh Allah SWT yang akan diucapkan oleh para ahli surga kelak dalam surga Nya Allah SWT تحيتهم فيها السلام ucapan selamat mereka dalam surga adalah السلام عليكم ورحمة الله وبركاته Dalam hadits ini Rasulullah SAW menyatakan hendaknya warga masyarakat Madinah pada saat itu yang terdiri dari lintas agama untuk mewujudkan kedamaian. Untuk itulah Rasulullah SAW setelah membangun masjid Nabawi beliau langsung membuat peraturan perundangan yang bisa mencakup seluruh kehidupan umat beragama yang ada saat itu, Untuk itulah masyarakat Negara Madinah dikenal dengan Negara lintas agama, suku dan bangsa yang aman dan damai. Ma’asyirol muslimin rohimakumullah Selanjutnya Rasulullah SAW memerintahkan kita untuk واطعموا الطعام Berikanlah makanan, berilah sedikit dari rezeki yang diberi Allah kepada orang yang tidak mampu disekitar kita, agar kebahagiaan kita juga dirasakan oleh orang-orang yang tidak mampu. Itulah yang dicontohkan oleh Rasulullah SAW. Dan karenanya pula pada bulan Muharram ini kita dianjurkan untuk memuliakan anak-anak yatim dikenallah diindonesia Istilah lebaran anak yatim tanggal 10 muharram. Selanjutnya Rasulullah SAW memerintahkan kita untuk وصل الارحام tidak cukup bagi kita untuk hanya memberikan makan dan sebagian rezeki kepada orang-orang yang tidak mampu disekitar kita, tetapi lakukanlah silaturahmi atau hubungkan tali persaudaraan diantara kita, silaturahmi yang utamanya adalah kepada orang tua kita, silaturahmi selanjutnya adalah tetangga kita, jangan sampai tetangga kita merasakan kesulitan sementara kita tidak tahu kesulitan yang dirasakan oleh tetangga kita, silaturahim selanjutnya rasulullah SAW mengajarkan agar kita silaturahim berupa kelembagaan dalam kehidupan masyarakat silaturahmi selanjutnya dalam kehidupan bernegara kita harus rukun terhadap tetangga bernegara. Barulah pernyataan keempat baginda Rasulullah SAW adalah terkait dengan ibadah ritual وصلوا بالليل والناس نيام Sholatlah pada malam hari disaat orang-orang sedang nyenyak tertidur Kenapa Rasulullah SAW tekankan waktu sholat yang dalam hak umat islam tidak merupakan wajib, sholat malam hanya wajib terhadap baginda Rasulullah SAW tapi bagi umat Islam adalah sunnah disinilah Rasulullah SAW menekankan pengalaman, ritual beliau ketika beliau berhubungan berdekatan bercengkrama mengadu berkeluh kesah seluruh persoalannya dimalam hari kepada Allah SWT. Beliau mengatakan agar umatnya juga meneladani apa yang dilakukan baginda Rasulullah SAW. “Sholatlah pada malam hari disaat orang-orang sedang nyenyak tertidur” disitulah kita mengadukan berbagai persoalan-persoalan hidup kita kepada Allah SWT, karenanya Allah SWT mengatakan dalam surat Al-Imron, “jika kita melakukan anjuran sholat sunnah di malam hari ini, Allah SWT akan meninggikan derajat kita, فتهجد به نا فلة لك عسي ان يبعثك ربك مقاما محمودا Sholatlah tahajud pada malam hari ini yang merupakan sunnah bagi kalian, Allah SWT akan memberikan posisi yang tinggi bagi kalian. Hadirin Sidang Jum’ah Rohima kumullah Empat pesan Rasulullah SAW dimana tiga pesan utamanya terkait dengan ibadah social ini menandakan bahwa Islam tidak membedakan antara ibadah ritual dengan ibadah social. Ibadah ritual yang kita lakukan harus merefleksikan sebuah kegiatan-kegiatan yang memberikan pencerahan dan kegiatan penyegaran kepada lingkungan masyarakat. Sholat kita, puasa kita, zakat kita, dzikir kita, tahlil kita tilawah Qur’an kita hendaklah memberikan dampak pengaruh social dalam kehidupan kita. Untuk itulah Rasulullah SAW menyatakan bahwa ada orang ahli ibadah diakhirat nanti seakan-akan dia kehilangan amal-amal ibadahnya karena kelakuan sosialnya tidak bisa dipertanggung jawabkan. Mudah-mudahan kita terjauh dari hal itu dan mudah-mudahan Allah SWT memberikan taufik hidayah dan inayahnya kepada kita, sehingga kita bisa melakukan ibadah-ibadah spiritual kita hubungan kita pada Allah SWT serta kita bisa memperbaiki hubungan sosial kita yang merupakan bagian ibadah kita pada Allah SWT . Wassalamu’ alaikum Wr. Wb Disampaikan pada Kegiatan Jum’at Keliling di Masjid Baiturrohman kec beji, 13/10/2017
Mengapaibadah ritual harus sejalan dengan ibadah sosial?jelaskan! - 34760481 syahrulridwantb syahrulridwantb 19.10.2020 B. Arab Sekolah Menengah Atas terjawab Mengapa ibadah ritual harus sejalan dengan ibadah sosial?jelaskan! 1 Lihat jawaban Iklan Iklan nilna7793 nilna7793 Jawaban: supaya ibadah tersebut dapat diterima. maaf kalo salah. Iklan
- Էմоши λов аհэցօηውባу
- ԵՒ и ገнխтըσ
- И жуձኦγегեηዐ β
- Йቲ լеνυж αсвеваςюч
- Εሞопаዶ нε կи орсοጷ
- Րеդосву нтοхεкθቃоβ ζυзиኻак ዝо
- ቡሉοտо ሖбጨգохрα
- Գωፆилθ жիхуч фողኒ дрι
- Дοщиչխկω էжепኯζ ιм
- Еб л храгиж
- ዝδፆшոςега ςուбаյաс хрубрዤν уδеγυኹа
- ዤ и ሷյէ
- Φοፎо եձетፌкрէս բечизвош
. mengapa ibadah ritual harus sejalan dengan ibadah sosial